Pages

Thursday, December 17, 2009

Ritual Buddha: Perayaan Pergantian Tahun

Nama : Virgo Tri Septo Anggoro
NIM : 01082201
Matakuliah : Antropologi Agama
Tugas : Paper Akhir Semester

Ritual Buddha: Perayaan Pergantian Tahun

I. Pengantar
Agama Buddha sebagai salah satu agama yang diakui keberadaannya di Indonesia mempunyai ritual-ritual yang dapat kita pelajari dan (mungkin) hal yang kita pelajari tersebut dapat bermanfaat bagi kita. Dalam paper akhir ini saya mengambil contoh agama Buddha karena menurut saya mereka terbuka ketika diajak berdialog dan tidak sungkan memberi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ritual yang mereka lakukan. Ada baiknya saya memberi sedikit gambaran tempat ibadah yang saya kunjungi dan teliti. Nama tempat ibadahnya adalah Vihara Buddha Praba yang terletak di Jl. Brigjend. Katamso no. 3 Yogyakarta. Vihara in termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya karena usianya yang tergolong sudah cukup tua. Jenis ritual yang coba saya sajikan pada paper ini adalah ritual Pergantian Tahun yang biasanya jatuh pada tanggal 1 dan 15 Imlek menurut penanggalan mereka. Ritual ini termasuk ritual khusus dan dilaksanakan hanya sekali setahun. Bagaimana jenis-jenis persiapan, bentuk “liturgi”, simbol-simbol yang dipergunakan, dan kaitannya dengan teori yang telah kita dipelajari di kelas, saya paparkan dan jelaskan pada bagian berikutnya. Harapan saya, semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua dan kita dapat belajar hal baru serta mencoba lebih terbuka dengan keyakinan lain.

II. Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh pemimpin umat (dalam hal ini Bhikku) sebelum dia memimpin upacara ritual Pergantian Tahun ini dapat dibagi dua, baik secara konseptual maupun fisik. Secara konseptual, dia mempersiapkan kitab-kitab atau doa-doa yang akan dipergunakan. Dalam agama Buddha, kumpulan doa-doa yang dipergunakan dalam ritual ini disebut sutra. Bhikku mempersiapkan dirinya dengan membaca sutra tersebut agar pada waktu ritual dilakukan dia dapat memimpin ritual dengan lancar juga membuat liturgi atau urutan-urutan acara. Persiapan fisik yang dilakukan adalah melakukan meditasi, ini merupakan persiapan yang paling penting yang dilakukan oleh para Bhikku agar mereka dapat berkonsentrasi serta memusatkan pikiran dalam melaksanakan tugasnya.
III. Bentuk dan Liturgi
Bentuk acaranya berupa sembahyangan dimana semua umat Buddha dengan berbondong-bondong datang ke vihara untuk beribadah dan memperingati Pergantian Tahun. Urutan acara atau liturgi yang dilakukan, pertama-tama mereka terlebih dahulu membersihkan diri terlebih dahulu dengan cara membersihkan kedua tangan, kedua kaki, muka dan mulut lalu membaca sutra-sutra atau doa-doa yang ditujukan kepada Dewi Kwan Im, Sidharta Gautama dan terakhir kepada Dewa-dewa yang lain. Setelah membaca sutra-sutra dilanjutkan dengan meditasi. Meditasi ini berfungsi untuk mengkonsentrasikan dan memusatkan pikiran kepada sembahyangan yang dilakukan. Kemudian, diadakan upacara yang disebut pelimpahan jasa (Liam King). Upacara ini bertujuan untuk menolong arwah-arwah leluhur atau orang-orang yang sudah meninggal yang telah mendahului kita agar mereka terselamatkan di alam sana. Prosesi pelimpahan jasa selesai, maka berakhirlah prosesi ritual ini.
IV. Simbol-simbol yang Dipergunakan
Ada beberapa macam simbol yang dipergunakan dalam ritual ini. Pertama, buah-buahan. Buah-buahan melambangkan ungkapan syukur agama Buddha yang telah diperbolehkan melewati satu tahun yang lalu dan diperbolehkan menyambut tahun yang baru. Buah-buahan yang dipersembahkan bukan sembarangan dipilih, buah itu adalah buah-buahan terbaik. Kedua, air. Bagi umat Buddha, air adalah lambang kehidupan. Tanpa air, manusia tidak dapat hidup di dunia ini. Air merupakan unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Ketiga, manisan. Hampir sama seperti buah-buahan, manisan juga meupakan bagian dari persembahan. Manisan ini melambangkan ungkapan syukur umat kepada Tuhan atas berkat yang diberikan. Keempat, lilin dan minyak. Lilin melambangkan terang dalam kegelapan. Demikian pula minyak. Berhubung zaman dahulu belum ada listrik, maka dipergunakan minyak sebagai bahan bakar untuk penerangan. Kedua benda tersebut melambangkan bahwa dalam perjalanan hidupnya manusia membutuhkan sebuah terang agar mereka tidak tersesat dalam kegelapan dunia, tidak menyimpang dari peraturan kehidupan yang telah ditetapkan. Terakhir adalah hio atau dupa. Sebenarnya, hio atau dupa ini berfungsi sebagai pelengkap meditasi. Baunya yang harum akan membantu umat yang bermeditasi untuk menkonsentrasikan dan memusatkan pikirannya. Coba bayangkan, di tengah kekhusukan bermeditasi tiba-tiba muncul bau yang tidak sedap pasti akan terganggu. Jika tidak ada hio atau dupa, dapat digantikan kayu cendana yang dibakar. Simbol lain yang juga dipergunakan adalah patung-patung Buddha Gautama, dewa-dewa dan leluhur yang dipercaya mempunyai kekuatan dan bisa membawa rezeki.

V. Komentar: Teori dan Relevansi
Dalam bagian ini, saya menyoroti ritual Perhantian Tahun ini dari beberapa hal. Sebelum saya mengkaitkan ritual ini dengan teori, kita perlu terlebih dahulu melihat definisi dari kata ritual. Menurut Susanne Langer, ritual tidak hanya sekedar bersifat psikologis tetapi lebih bersifat logis. Mengapa demikian? Dalam ritual, simbol-simbol yang dipergunakan merupakan ungkapan perilaku dan perasaan orang-orang yang melakukannya atau dengan kata lain tidak hanya mengutamakan aspek psikologis, juga aspek logis. Kita dapat melihat dalam ritual ini bahwa simbol-simbol yang dipergunakan mengungkapkan perasaan orang yang menggunakannya. Buah-buahan yang digunakan melambangkan ungkapan syukur, air melambangkan kehidupan dimana tanpa air manusia tidak dapat hidup, lilin atau minyak yang melambangkan penerangan yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan. Kentara bahwa barang-barang yang bersifat profan menjadi bersifat religius. Dalam kehidupan sehari-hari barang tersebut sangat sering kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani kita. Namun, hal itu berubah menjadi bersifat sakral saat dipergunakan sebagai simbol ritual dan diberkati dengan doa-doa. Maka, terlihat adanya hubungan antara simbol-simbol yang dipergunakan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Ritual sendiri dibagi menjadi empat macam. Pertama, tindakan magi yang menggunakan bahan-bahan yang mengandung kekuatan mistis. Kedua, tindakan religius atau tindakan kultus leluhur. Ketiga, ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah suatu hubungan sosial yang juga merujuk pada hubungan-hubungan mistis, upacara kehidupan menjadi khas. Keempat, ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau juga meningkatkan kesejahteraan suatu kelompok. Ritual ini termasuk yang kedua. Dalam ritual ini juga ada unsur untuk menyembah leluhur atau dengan kata lain melakukan tindakan kultus kepada leluhur. Hal ini nampak pada bagian pelimpahan jasa (Liam King).
Secara umum menurut waktu, ritual sendiri dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, ritual musiman yang dilaksanakan pada acara-acara yang sudah ditentukan dan selalu mengikuti siklus lingkaran alam, siang dan malam, musim-musim, gerhana, letak planet dan bintang-bintang. Kedua, ritual bukan musiman yang dilaksanakan pada saat-saat krisis. Ritual Pergantian Tahun merupakan ritual musiman karena dilakukan setiap satu tahun sekali dan mengikuti kalender yang telah ditetapkan. Tanggal pelaksanaannya sudah jelas, setiap tanggal 1 dan 15 Imlek.
Ada beberapa tujuan ritual yang diberikan dalam buku Fenomenologi Agama. Salah satunya memulihkan ikatan manusia pada nilai-nilai dan adat istiadat melalui simbol-simbol mitologis yang berlaku dalam komunitasnya serta sebagai sarana untuk menerapkan nilai-nilai dengan sanksi religius untuk problem-problem rutin hidup harian. Ritual Pergantian Tahun hampir mempunyai tujuan yang sama seperti yang dijelaskan dalam buku. Ritual Pergantian Tahun juga bertujuan untuk memulihkan ikatan manusia dan mengingatkannya pada nilai-nilai adat yang berlaku. Di dalamnya juga terdapat simbol-simbol yang dipergunakan dan mempunyai sifat mitologis. Contoh, patung-patung yang dipuja. Mungkin, bagi umat Buddha patung-patung tersebut mempunyai sejarah mitologis (sebagai leluhur atau mite-mite tertentu) dan dipercaya mempunyai suatu kekuatan. Selain itu, ritual juga berfungsi menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu komunitas agar masyarakat ingat dan mau melaksanakannya.
Ritual mempunyai perilaku yang bersifat simbolis dalam artian menyatakan hal-hal yang ada dengan simbol-simbol yang dipergunakan. Maksudnya, ritual ingin menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam diri manusia melalui simbol-simbol yang mereka miliki. Contohnya, untuk mengungkapkan rasa syukur, pada ritual ini disimbolkan dengan mempersembahkan buah-buahan terbaik yang dimiliki. Ritual juga memberikan suatu transformasi bagi kehidupan manusia sehingga ada perubahan-perubahan ke arah situasi yang baru. Melalui ritual Pergantian Tahun umat Buddha memperoleh hal baru (mungkin semangat baru) sesudah mengikutinya, yang natinya mereka memperoleh suatu transformasi dalam kehidupannya.
Demikianlah yang dapat saya paparkan dalam paper ini. Kesimpulan yang saya dapatkan bahwa ritual mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari simbol-simbol. Simbol-simbol yang dipergunakan menunjukkan ungkapan dan ekspresi manusia dalam ritual tersebut atau mewakili apa yang dipercaya oleh manusia.

DAFTAR PURTAKA
- Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama (terjemahan).Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

No comments:

Post a Comment