Pages

Tuesday, August 24, 2010


Oh what a happy soul I am, Although I cannot see;
I am resolved that in this world contented I will be.
How many blessings I enjoy, that other people don't;
To weep and sigh because I'm blind, I cannot, and I won't.
Kenalkah anda dengan puisi di atas? Puisi di atas ditulis oleh seorang gadis kecil berusia 8 tahun bernama Frances Jane Crosby yang lebih terkenal dengan Fanny Crosby, pencipta lagu-lagu himne Kristen yang beberapa terdapat dalam Kidung Jemaat. Fanny lahir di Southeast, Putnam County, New York pada 24 Maret 1820 dari pasangan keluarga miskin, John dan Mercy Crosby. Pada usia 6 minggu, dia menderita sakit demam yang sangat tinggi dan menyebabkan peradangan pada matanya. Akibat peradangan pada matanya itu, Fanny harus menjalani terapi. Namun, pada akhirnya ia buta seumur hidup. Pada usia 1 tahun, ayahnya meninggal dan Fanny hidup bersama kakek-neneknya. Meskipun buta, ia tidak berputus asa. Di tengah kebutaannya, Fanny tetap terus berkarya tanpa henti, menciptakan puisi dan lagu-lagu, terutama lagu himne. Pertama kali ia menciptakan lagu himnenya pada 1863 dan sejak itu terus membuahkan karya-karya emasnya yang hingga kini masih dapat kita dengar, nikmati, dan kita nyanyikan. Ia tidak pernah kecewa dengan kebutaannya, justru ia bersyukur karena masih dapat berkarya dan memuji Allah dengan keterbatasannya itu. Ia bersukacita karena Allah memakainya sebagai berkat bagi orang-orang sekitarnya.
Selama ini sebagian besar orang berpikir hanya orang-orang besar yang diutus oleh Allah untuk memberitakan kasihNya. Padahal, siapapun bisa kalau mau dipakai oleh Allah menjadi mitraNya. Fakta ini terjadi ketika Yesus setelah mengutus keduabelas murid juga mengutus 70 muridNya yang lain untuk beberapa waktu lamanya memberitakan Injil (Lukas 10:1-11, 16-20). Tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, medan yang harus ditempuh cukup berat. Mereka harus berjalan ke setiap tempat yang hendak dikunjungi oleh Yesus. Perbekalan yang dibawa seringkas dan sedikit mungkin. Sama seperti keduabelas murid yang lain, mereka juga diberi karunia menyembuhkan orang sakit sebagai bukti mereka adalah wakil yang diberi kuasa penuh oleh Kristus sendiri. Upaya tersebut akhirnya berhasil dengan baik dan mereka diyakinkan, dengan peyertaan Allah sendiri mereka juga mampu memberitakan Injil.
Bagaimana dengan kita? Mungkin kita merasa bahwa diri kita adalah manusia yang lemah, tidak mempunyai kemampuan apa-apa, tidak punya status sosial tinggi, miskin. Mustahil untuk dapat menjadi mitra Allah dalam memberitakan kasihNya. Namun, coba kita lihat. Fanny Crosby adalah orang yang terbatas, ia buta sejak kecil tapi mau menjadi mitra Allah dengan berkarya di tengah keterbatasannya itu. Demikian pula dengan 70 murid itu, mungkin awalnya mereka orang biasa-biasa saja , mereka mau untuk diutus memberitakan Injil. Diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh, disiplin yang baik, dan kemauan untuk diproses oleh Allah. Saatnya kita bangkit menjadi mitra Allah yang terlibat aktif, tidak hanya sebagai “domba” yang harus digembalakan. Jika kita mau melakukannya, ada sukacita yang muncul, seperti yang dialami oleh murid Yesus seusai memberitakan Injil. Siapkah dan maukah Anda menjadi mitra Allah? Selamat belajar untuk berbahagia menjadi mitra Allah, Tuhan Memberkati.

No comments:

Post a Comment