Pages

Monday, January 10, 2011

Yusuf: Cinta dan Pergumulan Pribadinya

I. Pendahuluan: Berita Kelahiran, Berita Sukacita?
Bagi setiap pasangan suami-istri dan keluarga, berita kelahiran adalah berita yang sangat menggembirakan. Betapa tidak, berita ini merupakan berita yang sangat ditunggu-tunggu bagi keluarga yang merindukan hadirnya seorang anak yang makin memperlengkapi susunan anggota keluarga yang telah ada. Tak dapat dipungkiri bahwa semua anggota keluarga akan ikut bersukacita dan bergembira, mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk membuat sang bayi yang akan hadir di dunia agar nyaman dan mulai bisa merasakan bagaimana rasanya hidup di dunia ini. Semua sibuk dan bingung mempersiapkan hal-hal apa yang dapat dipergunakan dan tepat bagi bayi itu. Apalagi bila itu adalah kelahiran anak pertama dalam suatu keluarga tentunya dapat dibayangkan betapa sibuknya untuk mencarikan yang terbaik bagi bayi itu.
Namun, hal-hal tersebut tidak dirasakan oleh Maria dan Yusuf ketika mengetahui bahwa Maria akan melahirkan seorang bayi, yang kelak menjadi Juru Selamat untuk menebus dosa-dosa manusia. Justru sebaiknya, Yusuf merasa bingung mendengar berita yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus padahal status mereka masih bertunangan. Apa kata dunia jadinya kalau mengetahui bahwa pasangan tunangannya sudah mengandung terlebih dahulu sebalum mereka resmi diikat dalam suatu ikatan resmi pernikahan? Pastilah lingkungan sekitarnya akan menjadi gempar dan masyarakat akan mencela serta mengolok-oloknya. Maka, di sinilah diperlukan peranan dari pihak laki-laki untuk mengatasi setiap permasalahan yang menimpa keluarganya.
Dalam tulisan tafsir ini, saya mencoba untuk melihat sisi diri dan karakter Yusuf, ayah Yesus, yang juga diberitahu tentang kelahiran Yesus. Selama ini, orang dan gereja seakan-akan terfokus akan pemberitahuan kelahiran Yesus melalui Maria, ibu Yesus (bandingkan dengan Lukas 1:26-28), tetapi pemberitahuan ini bukanlah satu-satunya pemberitahuan tentang kelahiran Yesus. Ada pemberitahuan kelahiran Yesus yang lain yang disampaikan kepada Yusuf dalam Matius 1:18-25 yang bagi saya menarik untuk dibahas dan diperdalam. Kisah pemberitahuan kelahiran Yesus dalam Injil Matius tidaklah seindah dalam Injil Lukas, ada sebuah pergumulan yang (menurut saya) berat bagi Yusuf ketika dia diperhadapkan pada sebuah pilihan untuk mengambil Maria sebagai istrinya ataukah menceraikannya. Di sinilah sisi menarik yang coba diangkat oleh penulis Injil Matius. Maka, saya pun juga mencoba untuk melihat bagaimanakah karakter Yusuf dalam pemberitahuan kelahiran Yesus karena dia juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyelamatan umat manusia. Metode atau pendekatan yang saya pergunakan adalah menggunakan metode narasi dan metode sosial dengan mempergunakan beberapa buku referensi untuk melihat juga bagaimana pendapat orang-orang yang telah menafsirkan Injil Matius ini. Pada akhir tulisan ini, saya akan memberikan sebuah refleksi pribadi terkait dengan tokoh Yusuf, hal-hal apakah yang dapat kita bersama pelajari dan renungkan akan sikap Yusuf tersebut. Semoga tulisan ini sedikit banyak menolong kita untuk terus merefleksikan kisah-kisah di sekitar kelahiran Sang Juru Selamat yang akan kita sambut kelahiranNya.

II. Teks Matius 1 : 18- 25: Mencoba untuk Menganalisa
Matius 1:18-25 18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." 22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. 24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, 25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Sebelum menarasikan perikop ini, saya mencoba untuk melihat beberapa bagian yang teradapat dalam teks agar dapat mengantarkan kita bersama untuk memahami teks ini. Beberapa bagian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tokoh:
Dalam teks ini ada dua tokoh yang disebut secara eksplisit (tokoh utama) yaitu Yusuf dan malaikat Tuhan. Maria dalam teks ini lebih berperan sebagai tokoh latar belakang.
b. Setting
Ada beberapa setting atau latar yang saya dapatkan dari teks ini, yaitu:
- Setting waktu: Yusuf dan Maria ketika itu sudah bertunangan tapi Maria sudah mengandung dari Roh Kudus (ayat 18). Saya memperkirakan bahwa Yusuf sudah mengetahui bahwa Maria sudah mengandung meskipun mereka belum pernah bersetubuh sehingga hal inilah yang membuat Yusuf menjadi bingung dan ragu dalam mengambil sikap untuk tetap memperistri Maria.
- Setting tempat: kemungkinan besar Yusuf sedang berada di rumahnya ketika Malaikat Tuhan datang menghampirinya karena dapat dilihat di ayat 24, sesudah bangun ia langsung melakukan apa yang Malaikat Tuhan perintahkan. Mungkin juga waktu itu ia sedang tidur di kamarnya. Atau kemungkinan lain, Yusuf dan Maria sudah berada di kota Betlehem.
c. Karakter
Karakter dari dua tokoh yang ada dalam teks ini:
- Yusuf adalah orang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum (ayat 19), ia bermaksud menceraikannya secara diam-diam.
Karakter yang dituliskan ini terdapat dan dituliskan oleh penulis dengan sangat jelas pada ayat 19. Yusuf memang orang yang tulus hati dan dia adalah laki-laki yang mau bertanggung jawab terhadap sikap serta keputusannya. Yusuf dalam Matius 1:1-17 disebut sebagai keturunan Daud dan di ayat 20 pun di kitab dan pasal yang sama juga dituliskan dengan jelas. Namun, ketika ia mengetahui bahwa Maria sudah mengandung terlebih dahulu padahal mereka belum pernah sama sekali melakukan hubungan seksual (bersetubuh) membuat Yusuf bingung dalam menentukan sikap apakah dia tetap mengambil Maria sebagai istrinya ataukah menceraikannya secara diam-diam. Kebingungan Yusuf ini tentunya bukan alasan. Salah satu penyebab Yusuf bingung dalam mengambil sikap adalah status yang sudah disandangnya. Status mereka memang sudah bertunangan dan menurut adat Yahudi, mereka berdua sudah menikah tapi belum hidup bersama. Pernikahan atau pertunangan semacam ini biasanya dilakukan oleh orang tua masing-masing setelah mengetahui anak-anaknya sudah memasuki masa pubertas.[1] Dalam adat Jawa hal seperti ini pun juga dilakukan, bisa juga dikatakan orang tua meminangkan atau menjodohkan anaknya terlebih dahulu dalam sebuah ikatan pertunangan agar kelak jika keduanya sudah siap menikah dan laki-laki sudah dapat menghidupi istrinya di rumahnya atau rumah orang tuanya, mereka sudah siap menikah. Dalam adat Yahudi, ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh seorang laki-laki dan wanita sebelum melangsungkan pernikahan.[2] Tahapan-tahapan tersebut adalah:
i. Tahap saling berjanji
Tahap ini biasanya terjadi ketika keduanya masih kecil dan dilakukan oleh orang tua atau melalui wali masing-masing. Kadang dilakukan tanpa keduanya saling bertemu. Bagi masyarakat Yahudi, pernikahan adalah sesuatu yang langka dan serius, atau dengan kata lain, sakral sehingga harus dilakukan oleh kedua orang tua yang bersangkutan.
ii. Tahap pertunangan
Dapat dikatakan sebagai peresmian hubungan pertunangan dan diketahui oleh umum. Bisa saja dibatalkan jika pihak perempuan tidak bersedia melanjutkan. Namun, jika pertunangan itu dilakukan dan diketahui oleh umum, maka sifatnya mengikat. Biasanya berlangsung selama satu tahun dan sudah bisa disebut sebagai suami-istri dan hubungan pertunangan ini tidak bisa diputuskan kecuali dengan jalan perceraian. Dalam hukum Yahudi kita bisa menemukan hal-hal aneh, misalnya seorang gadis yang ditinggal mati tunangannya bisa disebut sebagai gadis janda. Tahap inilah yang sedang dilalui oleh Yusuf dan Maria. Mereka sudah secara sah dikenal sebagai suami istri dan kalau Yusuf ingin mengakhiri pertunangannya, jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah menceraikan Maria.
iii. Tahap pernikahan
Terjadi pada masa akhir pertunangan.
Tahap kedua yang dihadapi oleh Yusuf ini menjadi semacam dilema dalam hatinya dan menimbulkan kegundahan yang mendalam. Dia bingung dalam menentukan sikap. Mengenai dilema yang dialaminya akan saya jelaskan pada bagian yang lain.
- Malaikat Tuhan berkarakter patuh dan berusaha memberi penghiburan kepada Yusuf (ayat 20). Mengenai karakter malaikat ini tidak akan saya uraikan secara panjang lebar. Namun, satu hal yang perlu diketahui bahwa kita ketika kita membaca perikop ini, tidak (seharusnya) tidak boleh memasukkan paham Kristen ke dalamnya. Kita harus memahami perikop ini dalam kerangka berpikir Yahudi[3], karena paham inilah yang diterima oleh Yusuf melalui berita yang didengarnya. Ada empat hal yang dipahami oleh orang Yahudi mengenai Roh Kudus, yaitu, pertama pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia, kedua memungkinkan dan memampukan manusia untuk mengakui kebenaran yang mereka lihat, ketiga menghubungkan Roh Allah dengan penciptaan, dan keempat tidak hanya berhubungan dengan karya penciptaan tetapi juga dengan karya penciptaan ulang. Nampaknya, apa yang dialami oleh Yusuf mengenai peranan Roh Kudus dalam peristiwa yang dialaminya adalah peran pertama dan peran kedua. Apa yang disampaikan oleh Roh Kudus kepada Yusuf adalah tentang kebenaran Allah dan memampukan Yusuf untuk melihat kebenaran itu serta mengakuinya sebagai sebuah kebenaran ilahi.
d. Alur Cerita
Alur cerita yang terdapat dalam perikop ini, menurut saya, adalah alur maju. Jika dihubungkan dengan perikop sebelum dan sesudahnya, ada kesinambungan. Perikop ini diawali dengan pengenalan kisah ini bahwa Maria sudah bertunangan dengan Yusuf, tapi dia juga sudah mengandung dari Roh Kudus sebelum mereka menikah. Lalu, Yusuf bermaksud menceraikannya secara diam-diam. Kemudian, malaikat Tuhan datang dalam mimpi untuk memberitahu bahwa Yusuf tidak boleh ragu mengambil Maria sebagai istrinya, karena Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki yang menjadi Juru Selamat dunia. Sesudah itu, dia bangun dari tidurnya dan berbuat seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat, mengambil Maria sebagai istrinya dan tidak bersetubuh sampai Maria melahirkan. Ada semacam alur cerita yang berkelanjutan dan bersifat kronologis yang terjadi dalam perikop ini. Namun, muncul suatu pertanyaan dalam diri saya, mengapa Matius tidak menceritakan kronologis ketika Yusuf dan Maria menempuh perjalanan ke Betlehem? Seakan-akan ada sebuah lompatan besar yang terjadi di sini.

III. Yusuf: Dilema Lelaki yang Tulus Hati
Dalam bagian ini, saya mencoba untuk menarasikan teks Matius 1:18-25 ini dengan memasukkan unsur-unsur analisis yang telah saya lakukan dan tetap menggunakan referensi sebagai acuan.
Proses kelahiran Yesus Kristus dapat dijelaskan dengan demikian, ketika Maria, ibuNya, sudah bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia sudah mengandung terlebih dahulu dari Roh Kudus. Hal yang tidak diduga sebelumnya oleh Yusuf karena mereka belum hidup sebagai suami-istri, meskipun sudah bertunangan dan mendapat status “suami-istri”, atau dengan kata lain mereka belum pernah bersetubuh. Namun, Yusuf adalah lelaki yang tulus hatinya. Ia tahu apa yang dirasakan oleh Maria. Maka, supaya Maria tidak terlalu menderita, ia bermaksud menceraikannya secara diam-diam agar khalayak ramai tidak mengetahuinya karena status mereka sudah bertunangan serta sudah diketahui oleh khalayak umum. Namun, saat Yusuf mempertimbangkan hal tersebut, malaikat Tuhan datang menampakkan diri dalam sebuah mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, mengapa engkau takut memperistri Maria? Janganlah takut, karena anak yang dikandungnya itu adalah dari Roh Kudus!” Yusuf pun menjawab malaikat itu, “Aku tidak layak Tuhan untuk menerima semua ini. Aku kagum akan kebesaran karya ilahiMu dan campur tanganMu.[4] Aku memang tahu kalau anak yang dikandung oleh Maria bukanlah hasil dari manusia, tapi itu adalah buah karya kudusMu, Maria mengandung karena rohMu yang kudus. Tuhan. Aku tahu konsekuensi yang harus aku dan Maria terima, kalau aku menceraikan Maria secara terang-terangan orang akan menganggap Maria melakukan zinah dan pasti ia akan menanggung malu.[5] Lebih baik aku ceraikan dia diam-diam daripada orang banyak mengetahuinya. Apalagi yang bisa aku perbuat, Tuhan?”
Mendengar Yusuf berkata demikian, malaikat Tuhan yang menghampirinya dalam mimpi mampu memahami pergumulan Yusuf yang begitu berat. Malaikat itu tetap menjalankan tugasnya sebagaimana yang diperintahkan Tuhan, maka ia (malaikat itu) berkata sekali lagi kepada Yusuf, “Yusuf, anak Daud, aku tahu apa yang engkau pergumulkan. Namun, tetaplah ambil Maria sebagai istri. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. Mendengar perkataan malaikat Tuhan itu, ia berpikir lagi sejenak, lalu, setelah bangun dari tidurnya tanpa berkata-kata dan mempertimbangkan lagi Yusuf melakukan apa yang seperti malaikat Tuhan itu perintahkan kepadanya. Ia segera menikahi Maria dan menjadikannya sebagai istri tetapi tidak bersetubuh sampai melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia tidak menghampirinya sama sekali meskipun ia berhak melakukannya karena malaikat Tuhan tidak memerintahkannya untuk tidak bersetubuh dengan Maria. Namun, Yusuf menyadari ada rencana yang baik dibalik semua hal yang ia alami, ia berkomitmen untuk tidak bersetubuh dengan Maria sampai Maria melahirkan. Akhirnya, Maria pun melahirkan seorang bayi laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus, seperti perintah malaikat Tuhan yang menghampirinya dalam mimpi.
IV. Refleksi
Tiga hal yang dapat kita pelajari dari kisah ini adalah:
1. Yusuf memiliki berbagai pertimbangan dalam menentukan sikapnya terhadap Maria. Meskipun ia berada dalam pergumulan yang cukup berat, dia masih dapat berpikir dalam menentukan sikap karena pertimbangan-pertimbangan itu akan mempengaruhi berbagai keputusannya. Ia tetap mempertimbangkan keberadaan Maria sebagai “istrinya”, ia tidak ingin nama Maria tercemar. Hal ini menunjukkan bahwa Yusuf tulus mencintai Maria, pertimbangan-pertimbangan yang dia pikirkan tetap memperdulikan orang lain.
2. Yusuf rela mengorbankan kepentingan pribadinya. Sebenarnya bisa saja dia menceraikan Maria lalu mencari gadis yang lain untuk dinikahinya, hal ini adalah wajar mengingat naluri lelakinya. Namun, Yusuf tidak melakukan hal itu. Justru ia tetap memilih Maria sebagai istrinya, ia rela untuk mengorbankan kepentingannya demi memenuhi kehendak Ilahi yang dinyatakan dalam hidupnya. Ia mau memperjuangkan kepentingan orang lain (Maria) supaya Maria tidak tercemar namanya dan anak yang dikandung Maria memperoleh “status yang sah” di hadapan manusia.
3. Yusuf berkomitmen tinggi. Di ayat 25 disebutkan bahwa ia tidak bersetubuh sampai Maria melahirkan. Bisa saja Yusuf melakukannya karena malaikat tidak memerintahkan Yusuf untuk tidak bersetubuh. Namun, ia berkomitmen untuk tidak melakukannya. Ia mempercayai ada sebuah rencana yang baik dibalik pergumulan yang ia hadapi. Ia yakin dan mengimani ada sebuah kehendak Ilahi yang kelak ia lihat dari sosok Anak yang dikandung oleh Maria. Dan ada sebuah kekuatan cinta yang tulus dari Yusuf kepada Maria, tidak hanya melihat dari luar saja tapi juga mencintai dengan sedalamnya, cinta yang murni yang tumbuh dari lubuk hati seorang lelaki di kala dilema melanda.
Bagaimana dengan kita? Maukah kita seperti Yusuf yang tulus dalam mencintai Maria? Meskipun pergumulan yang ia hadapi berat, Allah tetap menyertainya. Imanuel itu juga nyata dalam pergumulan Yusuf dan dalam cintanya kepada Maria. Selamat belajar, selamat berproses, dan selamat menyambut Sang Imanuel yang telah dan terus menyertai kita !
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Raymond E. 1991. Kedatangan Kristus dalam Adven: Gagasan Sekitar Kisah-kisah
Injil Mempersiapkan Kelahiran Yesus (Matius 1 dan Lukas 1). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Barclay, William. 1996. Injil Matius Pasal 1-10: Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.


[1] Raymond E. Brown, Kedatangan Kristus dalam Adven: Gagasan Sekitar Kisah-kisah Injil Mempersiapkan Kelahiran Yesus (Matius 1 dan Lukas 1), (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), hal 35
[2] William Barclay, Injil Matius Pasal 1-10: Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1996), hal 28-30
[3] Barclay, Injil Matius Pasal 1-10: Pemahaman Alkitab Setiap Hari , hal 31
[4] Raymond, Kedatangan Kristus dalam Adven, hal 35
[5] Yusuf adalah orang yang memegang teguh hukum Taurat, ia peka terhadap paham Israel mengenai perkawinan sebagaimana dituntut oleh hukum Allah bahwa hilangnya kesucian seorang perawan dapat dipandang sebagai perzinahan, akan tetapi ia juga peka terhadap hukum yang melindunginya bahwa seorang perempuan dapat kehilangan keperawanannya karena dua hal, ia melakukan perzinahan secara bebas atau ia diperkosa. Untuk menentukan Maria bersalah atau tidak, Yusuf dapat meminta bantuan pihak pengadilan. Yusuf tidak ingin Maria dirugikan di depan umum, oleh karena itu ia ingin menceraikannya secara diam-diam. Bukan berarti orang banyak tidak akan mengetahuinya, setidaknya kelakukan Maria tidak akan diperiksa secara resmi. Lihat juga Raymond, Kedatangan Kristus dalam Adven, hal 37-38.

No comments:

Post a Comment